Menawar Ketuhanan

Menawar ketuhanan? emang ada ? perasaaan yang menawar itu adalah untuk urusan jual-beli…

Tentu ada sobat, dan itulah yang menurut saya akhir-akhir ini yang menjadi fenomena perbincangan. Meskipun sebenarnya fenomena itu sudah terjadi dari jaman dulu, bahkan dari jaman turunan awal Nabi Adam AS šŸ™‚

Menawar ketuhanan menjadi satu hal yang menurut saya layak saya tulis kali ini. Berangkat dari obrolan di salah grup WA alumni yang saya ikuti yang berisi tentang tema diskusiĀ penabalan kata kafir kepada seseorang.

Ada yang membahas kafir itu adalah sifat. Jika suatu penganut agama menyembah tuhannya melalui perantara patung, itu bukan kafir, menurut simpulan pembahasan, melainkan cinta tuhannya melalui perantara, baca sekali lagi “perantara”. Jadi sejatinya dia tidak menyembah patung, tapi tetap tuhan yang maha esa.

Waduh…sobat, coba baca kisah kaum musyrikin Mekah, mereka juga beralasan yang sama dengan dalil anda.

Ada yang mengungkapkan, menyembah tuhan melalui senandung, melalui titisannya, baca : anaknya, sejatinya dia tidak menyembah yang kita lihat,Ā tapi tetap tuhan yang maha esa.

Waduh, sekali lagi…sobat, coba baca kisah kaum musyrikin Mekah, mereka juga beralasan yang sama dengan dalil anda.

Justru dalam benak saya, orang-orang yang enggan ditabalkan dirinya kafir di era zaman sekarang lebih parah kekafirannya dibanding kaum musyrikin Mekah. Mereka masih menganggap Alloh sebagai sang pencipta (Tauhid Rubbubiyah), namun mereka tidak menyembah Alloh, melainkan menyembah Alloh melalui perantara berhalanya (melanggar Tauhid Uluhiyah).

Jadi, apalah istilah yang tepat terhadap orang-orang yang masih menolak dirinya ditabalkan kafir, sedang mereka lebih parah dari kaum musyrikin Mekah, selain mereka telah Menawar Ketuhanan ?

Semoga kita semua terlindung dari hal yang demikian.

21 Jumadil Akhir 1437 H

Abu Farish Ibn Sufyan Al Baijy

This entry was posted in Fenomena. Bookmark the permalink.

Leave a comment