Tiket Lubang

Ini buntut dari habis mengikuti ticket war kemarin, istilah untuk para pejuang tiket, agar dapat beli tiket tepat 1 detik pemesanan tiket dibuka. Ticket war, perang tiket, bukan perang tiket konser artis manapun, kemarin itu adalah perang tiket untuk mendapatkan tiket Kereta Api rute Jakarta-Surabaya PP, dimasa tanggal favorit, dimasa arus mudik dan balik lebaran. Tentu sudah terbayang serunya. Saya dan istri sudah pasang alarm 20 menit menjelang tengah malam, karena pukul 00:01 tiket sudah dibuka, secara online, melalui aplikasi di handphone. Tidak cukup satu, semua Handphone anak-anak dirumah pun kami instal aplikasinya, agar sama-sama akses aplikasi, agar kemungkinan mendapatkan slotnya pun lebih besar. Maklum, kami beli tiket untuk ber-7, bukan sendiri, tentunya harus menyesuaikan juga tempat duduknya agar tidak terlalu berpencar.

Penggunaan banyak handphone itupun kami lakukan setelah kami gagal mendapatkan tiket dimalam pertama bergadang itu, hanya menggunakan satu handphone, setelah mengisi data penumpang, saat melanjutkan pesanan, aplikasi loading terus, lalu time out, kepedean. Syukur dimalam berikutnya lancar, salah satu dari handphone kami mendapatkan slot tiket, meskipun posisi tempat duduk tidak berkumpul layaknya satu keluarga yang sedang traveling, setidaknya kami masih berdekatan, berdua-duaan. Hanya satu yang nyempil satu memang, karena ber-7, paling juga nanti saya yang akan menempati nomor tempat duduk yang sendiri itu, dengan orang lain yang tidak dikenal sebelumnya tentunya. Memang unik jaman online ini, tiketnya pun cukup dikirim melalui aplikasinya. Kalau hilang, masih ada backup dikirim ke email masing-masing user. Tidak seperti jaman dulu, tiket jadul berupa selembar kertas, yang gak boleh hilang, bahkan untuk tiket ekonomi jarak pendek, hanya selembar karton seukuran kartu domino.

Anak-anak yang masih anak-anak di era 90-an pasti paham. Mengoleksi tiket kereta api saat itu bener-bener keren, sebuah kebanggaan. Karena memang untuk mendapatkannya perlu perjuangan.

Biasanya, saat turun distasiun tujuan, tiket akan diminta petugas di pintu keluar. Maka kalau ingin mengoleksi tiket, solusi satu-satunya saat itu ya jangan keluar lewat pintu keluar. Bapak saya selalu paham, setiap hendak tiba di stasiun tujuan, beliau selalu menawarkan, tiketnya mau disimpan atau tidak? sambil senyum penuh arti. Tentu saja sebenarnya bapak tahu kalau jawabannya saya pasti mau. Saya cuman bisa mengangguk. Maka seketika kereta api telah berhenti sempurna, kami pun turun. Alih-alih keluar dari stasiun, kami berjalan kekanan atau kekiri stasiun, menyusuri rel kereta api, sampai diujung pagar stasiun, biasanya langsung bertemu dengan jalan raya. Langsung tinggal cegat angkot yang lewat atau panggil tukang becak, tiket pun aman dibawa kerumah. Jadi koleksi.

Selain terasa betul wujud tiketnya, menyimpan tiket jadul itu juga ada kenangannya. Yakni tanda lubang dari alat pelubang pak Kondektur yang secara berkala mengecek kepemilikan tiket seluruh penumpang. Mondar-mandir, dari satu gerbong ke gerbong berikutnya, terlebih setiap baru menaikkan penumpang. Tidak tahu pasti setiap berapa kali pemberhentian pak kondektur memeriksa, lalu melubangi, sebagai tanda sudah lulus cek. Itu yang membuat tiket jadul itu berlubang. Dan berlubangnya itu khas. Khas tiket jadul.

Posted in Kisah | Leave a comment

Daftar Menu Ramadhan

“Gak tau mau masak apa…”, Jawab seorang ibu-ibu tetangga sambil asyik memilih sayur dideretan lapak meja tukang sayur dekat rumah. Sering selalu begitu kalau ibu-ibu ditanya ketika jumpa Kita diwarung. Ntah memang bingung mau masak apa, atau memang segan nyebutin menunya. Saya lebih sering menduga memang bingung. Ini Saya rasakan sendiri dirumah.

Memang seolah bagian dapur, masak memasak itu urusan seorang ibu, tanggung jawab seorang ibu. Tapi cobalah Tanya, “mau masak apa Hari ini?”. Pasti jawabnya akan nanya balik, ” maunya APA?”. Itu bukan marah, tapi bingung, butuh masukan suami dan anak-anak.

Memilih menu yang mau dimasak itu susah-susah gampang. Kalau memasaknya mudah. Masalah resep yang dulu menjadi momok, sekarang hampir punah. Bisa browsing, Bisa lihat langsung dari YouTube. Yang Jadi masalah Adalah kalau menunya Gak cocok, Bisa Gak laku, Bisa awet sampai besok dilemari makanan.

Kalau saya menganalogikan ini mirip seni menjahit. Belakangan setelah membelikan istri mesin jahit listrik, Jadi Tahu. Ternyata kesulitan menjahit itu adalah membuat polanya. Untuk menjahitnya sendiri mudah, la Wong dibantu mesin. Yang ngomong ini langsung istri Saya. Saya sendiri gak pernah mencoba mesin jahit itu.

Memasak mungkin perkara gampang, memilih menunya itu yang sulit.

Tadi malam Saya mendapat kiriman WA di grup Keluarga Saya di Surabaya. Yang ngirim Mbak Saya yang di Medan yang saat ini sedang singgah dirumah anaknya di Bali. Kiriman daftar menu Ramadhan. Selama 30 Hari. Katanya dari grup Sebelah. Saya Tanya Sebelah mana, dengan seloroh menjawab Sebelah rumah di Medan. Mamak Aldi katanya. Senyum saja Saya membaca jawabannya.

Entah siapa yang membuat, namun perlu Saya bagi disini sepertinya, Agar bermanfaat, pahalanya juga mengalir untuk yang membuat.

Simak baik-baik, mana Tahu istri anda Minta masukan menu APA dihari-hari Bulan Ramadhan ini. Kecuali anda Buka bersama dengan kolega anda diluar. Hehe.

¹Dapet dari sebelah nih …

“RENCANA MENU BUKA PUASA 1 BULAN RAMADHAN”

HARI KE 1

  1. Jus Buah
  2. Sup bakso sayuran
  3. Perkedel kentang
  4. Ayam goreng tepung
  5. Sambal kecap
  6. Kerupuk Udang

HARI KE 2

  1. Es Teler
  2. Sayur lodeh
  3. Ayam Panggang Bumbu Kecap
  4. Rempeyek teri atau ikan asin
  5. Tempe/tahu goreng
  6. Sambal bajak

HARI KE 3

  1. Es Kelapa Muda
  2. Rawong daging
  3. Perkedel Kentang
  4. Tempe Goreng
  5. Sambal terasi
  6. Kerupuk udang

HARI KE 4

  1. Es Dawet sagu
  2. Sayur asam Jakarta
  3. Pepes ikan 
  4. Ikan goreng
  5. Dadar jagung
  6. Sambal terasi

HARI KE 5

  1. Es Cincau 
  2. Capcay kuah
  3. Ayam tepung saus lemon
  4. Mie Goreng sayuran
  5. Bola-bola tahu

HARI KE 6

  1. Kolak pisang dan labu kuning
  2. Soto ayam lengkap
  3. Balado ceker pedas
  4. Kerupuk udang
  5. Sambal kemiri

HARI KE 7

  1. Es Teh manis
  2. Sayur kunci bayem dan jagung manis
  3. Ikan goreng
  4. Dadar jagung
  5. Sambal goreng udang/kerang
  6. Sambal terasi

HARI KE 8

  1. Es Garbis serut
  2. Sayur Lodeh nangka muda
  3. Empal Gepuk
  4. Rempeyek udang
  5. Kerupuk

HARI KE 9

  1. Es mutiara
  2. Sup Makaroni
  3. Krengseng Daging 
  4. Tempe Goreng Tepung
  5. Kerupuk

HARI KE 10

  1. Es Kopyor
  2. Rendang Daging
  3. Oseng Daun Singkong + teri
  4. Tempe goreng
  5. Sambal cabai Ijo

HARI KE 11

  1. Setup Tape manis (Es Tape) 
  2. Cah Baso sayuran
  3. Mie kuah baso
  4. Udang Goreng Tepung
  5. Tempe Goreng Tepung
  6. Sambal bajak

HARI KE 12

  1. Es timun suri
  2. Sayur asem kangkung
  3. Sate ampela pedas
  4. Perkedel Jagung
  5. Sambal terasi
  6. Ikan asin goreng tepung

HARI KE 13

  1. Es Cao gula gendheng
  2. Bali ayam
  3. Pecel sayuran
  4. Perkedel Kentang
  5. Telur dadar

HARI KE 14

  1. Es jeruk manis
  2. Ikan bakar pedas
  3. Cap Cay Goreng
  4. Tahu telur isi bihun
  5. Cah Kacang panjang

HARI KE 15

  1. Bubur kacang hijau
  2. Sup ayam
  3. Fillet ikan kakap
  4. Perkedel kentang
  5. Sambal kecap
  6. Kerupuk udang

HARI KE 16

  1. Kolak Pisang kolang-kaling
  2. Sayur bobor bayam dan jagung sisir
  3. Ayam Bumbu Rujak
  4. Tempe Goreng Tepung
  5. Sambal

HARI KE 17

  1. Sop buah
  2. Kare ayam + tahu
  3. Orek tempe 
  4. Sambal bajak
  5. Kerupuk

HARI KE 18

  1. Es Buah rumput laut
  2. Sambal goreng labu siam + tempe + udang, dan cecek
  3. Bihun goreng sayuran
  4. Rempeyek Kacang
  5. Sambal terasi
  6. Kerupuk

HARI KE 19

  1. Es Pisang ijo
  2. Paru Goreng
  3. Sup oyong bakso
  4. Rempeyek teri
  5. Tahu telur
  6. Sambal bawang

HARI KE 20

  1. Es kelapa muda
  2. Soto daging
  3. Capjay goreng
  4. Fillet ayam tepung
  5. Sambal kemiri
  6. Kerupuk udang

HARI KE 21

  1. Es Dawet beras
  2. Opor ayam
  3. Sambal goreng ati kentang
  4. Kerupuk udang
  5. Perkedel kentang
  6. Sambal bajak

HARI KE 22

  1. Kolak pisang ubi
  2. Cah kangkung udang
  3. Ikan goreng
  4. Tempe goreng tepung
  5. Dadar sayuran
  6. Sambal bawang

HARI KE 23

  1. Es timun suri
  2. Rawon tulang
  3. Tempe goreng tepung
  4. Dadar telur
  5. Sambal terasi
  6. Kerupuk udang

HARI KE 24

  1. Bubur Sumsum campur
  2. Sayur asem Jakarta
  3. Empal daging
  4. Empel-empel tempe
  5. Kerupuk Udang
  6. Sambal terasi

HARI KE 25

  1. Kolak Pisang
  2. Sayur bobor
  3. Ayam goreng lengkuas
  4. Perkedel Jagung
  5. Tahu bacem
  6. Sambal tomat

HARI KE 26

  1. Es Cincau
  2. Ayam kecap pedas
  3. Tumis sawi
  4. Sambal Goreng Kentang + Udang
  5. Kerupuk Kulit

HARI KE 27

  1. Es teller
  2. Krengsengan daging telur puyuh
  3. Oseng sayuran
  4. Tahu goreng
  5. Sambal bawang
  6. Kerupuk 

HARI KE 28

  1. Es Campur
  2. Sayur kunci bayam dan oyong
  3. Ayam bumbu bali
  4. Perkedel Jagung 
  5. Tempe goreng
  6. Sambal bawang
  7. Kerupuk 

HARI KE 29

  1. Dawet campur
  2. Tumis brokoli udang
  3. Ayam Bakar
  4. Sambal pencit
  5. Tempe goreng
  6. Lalapan

HARI KE 30

  1. Es Pisang Ijo
  2. Mie goreng sayuran
  3. Ayam kecap
  4. Sambal goreng buncis dan telur puyuh
  5. Telur dadar
  6. Sambal bajak

Ini baru rencana dulu saja….mudah2an kesampaian. Kalau pun tidak biasanya telur dadar tiap hari sama kecap 😊🤗

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hanya Menang Hormon

“Saya malu…”, kata Pak Wakil Dekan I sambil malu-malu, saat memberi sambutan sekaligus membuka acara hari itu. Kebetulan hari itu saya didapuk menjadi salah satu narasumber dalam sebuah workshop pembuatan modul praktikum disebuah kampus negeri. “Perasaan.., kami ini yang kampus Islam, tapi melihat Pak Heri, tampilannya lebih Islami dari kami”. Sambung Pak Wakil Dekan I dengan gaya selorohnya.

Saya langsung nyambung apa yang dimaksud. Meskipun sejenak ibu pembawa acara tampak menyenggol lengan Pak Wakil Dekan I. Nampak ibu pembawa acara kuatir saya tersinggung. Padahal saya asyik saja. Saya juga tersenyum. “Terlebih Pak Heri lihatlah, pembaca doa tadi, tidak ada tampilan dosen kampus Islam” lanjut Pak Wakil Dekan, sembari mengusap dagunya. Sudah paham, maksudnya adalah tidak ada satupun dosen pria yang hadir diruangan workshop itu yang sengaja memelihara jenggot. Sebagaimana sunnah Rasul.

Saya paham betul, dari gaya bahasa Pak Wakil Dekan, sebenarnya beliau merendah. Namun saya paham juga, itu semua demi cairnya suasana workshop, agar tidak terkesan tegang, serius terus. Saya coba melempar pandangan kesekeliling ruangan workshop. Sekilas saya perhatikan semua dosen pria yang hadir memang tidak ada yang memelihara jenggot dan membiarkan panjang secara alami. Akhirnya saya juga yang jadi tidak enak, segan. Disisi lain bersyukur, setidaknya yang hadir disitu paham seharusnya bagaimana dalam mensyiarkan sunnah Rasul dalam memelihara jenggot, meskipun belum maksimal melaksanakannya. Toh, sunnah Rasul yang lain juga masih banyak. Tentunya dengan melihat penampilan, bacaan Al-Qur’an saat pembukaan sudah tergambar bagaimana keilmuan bapak/ibu dosen yang hadir diruang itu.

Selesai sambutan sekaligus membuka, acarapun diserahkan ke saya oleh moderator. Ada kesempatan klarifikasi dan penjelasan bagi saya, sebelum memulai memberi materi workshop. Untuk berimbang. “Saya yakin sebenarnya bapak-bapak dosen kita juga ingin sekali mengikuti sunnah rasul untuk memelihara jenggotnya agar sepanjang saya Pak Wakil Dekan”, ujar saya mengawali sesi workshop. Juga agar tidak kaku. “Namun sayangnya, memang hormon tumbuh jenggotnya pada belum mengizinkan, jadi saya bukannya tampilannya lebih islami, hanya saja saya menang dari sisi hormon penumbuh jenggotnya”, sambung saya. Disambut grrr seluruh peserta workshop di hari itu.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Baku Muka Asesor BKD

“Saya pernah sengaja menolak mereview BKD dari teman-teman suatu universitas…”, datar..namun penuh kekecewaan. Saya sadar betul bagi bapak asesor BKD kami satu ini, pasti sudah benar-benar kelewatan. Saya tahu kapasitas bapak asesor kami ini. Sangat bersahabat, ramah, dan tidak penuh dendam. “Memang mengapa pak?” lanjut saya tambah penasaran. Ternyata benar, benar-benar keterlaluan, para asersi meminta direview dengan batas waktu yang sudah injury time, mendekati batas waktu akhir review BKD, ditambah dengan sedikit memaksa. ” Saya bukan tidak mau membantu teman-teman, karena saya anggap review BKD ini adalah sebuah pengabdian, namun waktu itu benar-benar sedang repot saya, ditambah dengan batas waktu yang mepet, jelas tidak bisa saya dipaksa untuk cepat-cepat review, saya kuatir tidak ada waktu…” pungkasnya.

Hari itu sebenarnya review BKD dari kampus kami sudah selesai. Meskipun review dilaksanakan secara online, koordinasi pun bisa dengan online, bahkan menyampaikan “rasa terima kasih” pun bisa dengan transfer online, namun kami tetap menjaga untuk menjumpai, berbaku muka.Tentunya teknologi tidak boleh menghapus sisi kemanusiaan. Tak ayal, ternyata banyak manfaatnya memang. Seperti nasehat lama, bersilaturrahmi itu memanjangkan usia, meluaskan rejeki, namun lebih dari itu, banyak pengalaman langsung yang dapat kita peroleh dari berbaku muka dengan asesor kita. Terutama terkait dengan berbagai hal-hal baik positif atau negatif dari proses yang sudah kita jalankan saat proses review BKD sebelumnya.

Berbeda lagi asesor kedua berikutnya, yang kami jumpai lagi, untuk bersilaturrahmi, berbaku muka. “Saya merasa mereka kurang beretika”. Ungkapnya saat kami jumpai sambil ngopi bareng disalah satu cafe kampus. ” Awalnya ada 6 an orang yang harus saya review, saya masih cicil dengan baru mereview 2 orang, suatu waktu, ketika saya mau lanjut review, daftar asersi yang tersisa sudah tidak ada dalam daftar”, tambah asesor kami itu nampak kesal. “Lantas bagaimana bu?” berharap kami dapat belajar dari kesalahan orang lain. Asesor kami itu lantas menjelaskan. Beliau sudah coba menghubungi operator perguruan tingginya, menanyakan mengapa yang lain hilang didaftar. Ternyata, karena merasa lama direview, operator perguruan tinggi, tentunya atas permintaan dosen yang sedang direview, menarik berkas secara sepihak di sistem. Jelas ini membuat berang. “Saya sudah ready menyiapkan waktu khusus untuk login, ehh hendak review kok hilang”. Kami sendiri juga geleng-geleng mendengarkan. Terbayang betapa parahnya berkomunikasi. Harusnya ini tidak terjadi jika dikomunikasikan dengan baik-baik. Misalnya, dengan berbagai alasan, “kami izin tarik data dulu ya bu”, mungkin ini akan lebih baik, tersinggung mungkin iya, sedikit, tapi akan lebih fair.

Sebenarnya masih banyak pelajaran berharga dari berbaku muka dengan para asesor kami. Namun kami mencatat dua hal itu yang krusial dalam berinteraksi dengan asesor kami saat ini. Mungkin inilah hikmah meskipun interaksi review dapat diselesaikan dengan online, akan tetapi diakhir sesi berbaku muka dengan asesor juga tidak kalah pentingnya.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Good Competence, Best Character.

Mahasiswa dan alumni yang Kita hasilkan tidak hanya Good Competence, namun juga memiliki Best Character. Itu dikatakan Oleh Pak Chaidir. Yang doktor hewan itu. Yang merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan. Dalam kesempatan membuka pertemuan awal semester ini.

Saya baru saja balik dari kamar kecil ketika Baru mau duduk Lagi, saat mendengar satu nasihat yang bernash itu. Lebih lanjut, Pak Chaidir yang mantan ketua DPRD Prov. Riau itu menambahkan. Character yang paling penting adalah Integritas, terutama: Kejujuran. Ini sebanding dengan Salah satu value di Politeknik Caltex Riau. Integrity.

Wajar. Kegalauan beliau disampaikan. Dan menjadi wejangan bagi kami di pertemuan awal semester genap seluruh sivitas akademika kampus Politeknik Caltex Riau. Beliau memaparkan, Kita memang sudah tidak kemungkinan Lagi tidak menggunakan Digitalisasi. Karena Kita sudah hidup di civil society yang Serba teknologi maju, serba digital. Namun akan selalu Ada dari Sisi kemanusiaan yang tidak boleh hilang.

Dengan banyaknya asam garam beliau melanjutkan. Jepang, saat menyadari sudah sangat tergantung teknologi dalam kehidupan sehari-harinya, mempunyai sembuh prisip, Teknologi tidak boleh mendegradasi kemanusiaan. Ini sebuah catatan penting, dan memang penting untuk diperhatikan dalam mendidik calon lulusan. Dan ini menjadi isu yang sudah sangat santer. Hebat dalam hardskill, lemah dalam softskill.

Tidak cukup sampai disitu, Pak Chaidir juga mengutip pendapat Albert Einstein, yang menjadi rujukan kalau berbicara mengenai teknologi. Dalam sebuah kuliah perdana di Univ. California,Einsten berpendapat,Ilmu pengetahuan membuat Pekerjaan, hidup lebih mudah. Namun mengapa kebahagiaan manusia menjadi rendah?, Karena Kita tidak menggunakannya secara wajar. Sesuai yang berlebihan memang tidak Baik.

Diakhir wejangannya, Pak Chaidir menyinggung jarak umur Antar beliau dengan kebanyakan sivitas akademika yang hadir. Jelas jauh lebih tua. Jelas dituakan. Jelas dianggap orang tua. Dengan seloroh Pak Chaidir mengatakan, tentunya nasihat orang tua Harus dipatuhi…

Seketika diakhir dengan grrrr dan tepuk tangan seluruh audien.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Prakarsa Kawin

Ini bukan tentang prakarsa kawin yang sebenarnya. Yang tentang hubungan pernikahan antara seorang pria dengan gadis pujaannya, membina rumah tangga harmonis, tinggal dirumah mungil, dengan anak-anak yang lucu-lucu lantas hidup bahagia selamanya, bukan.

Ini tentang Prakarsa yang telah dicanangkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yang secara formal dikenalnya dengan istilah: Prakarsa 6.1 IAI. Mengapa kawin menjadi isu yang menemani Prakarsa? karena saya teringat dengan program pada pendidikan vokasi yang selalu ingin dikawinkan dengan industri, asosiasi profesi atau yang lainnya, agar lebih nyata apa yang dipelajari pada pendidikan vokasi, termasuk didalamnya pendidikan SMK dan Politeknik.

Lantas mengapa layak kawin? karena saya menilai hampir semua Prakarsa 6.1 IAI itu dapat dikawinkan dengan program pada pendidikan vokasi. Mari kita simak setiap prakarsa dan bentuk perkawinan yang memungkinkan pada pendidikan vokasi.

Prakarsa 1: Membekali Akuntan dengan Keahlian dan Kompetensi Multidisipliner, Kemampuan Meta Analytical, dan Social Skill.

Pada prakarsa 1 pendidikan vokasi dapat mengambil bagian dalam meningkatkan akuntan dengan kompetensi multidisipliner, ini dimungkinkan karena pendidikan vokasi rata-rata dilengkapi dengan laboratorium yang lengkap. Sehingga ilmu-ilmu baru terutama pada bidang komputerisasi dapat dijadikan alasan kawin.

Prakarsa 2: Menyesuaikan Kurikulum Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Profesi yang mengakomodir Perkembangan Teknologi dan Disrupsi Bisnis.

Salah satu bentuk tuntutan kawin yang pas. Pendidikan vokasi yang dituntut rutin secara berkala memperbaharui kurikulumnya butuh masukan dari para profesional akuntan. Sedangkan asosiasi profesi membutuhkan input SDM akuntan yang memenuhi kriteria asosiasi profesi. Klop. Tutup ketemu botol. Layak dikawinkan

Prakarsa 3: IAI sebagai Ujung Tombak Rejuvenating the Profession (Penyegaran Kembali Profesi Akuntan) sehingga Profesi Akuntan Mampu Menguasai Perubahan Massive yang Terjadi.

Peruabahan yang masih terutama tentang cara orang bekerja saat ini tentunya membutuhkan berbagai ilmu baru terkait perangkat bekerja. Dan ini adalah perubahan yang sangat masih. Pendidikan vokasi terutama yang berbasis teknologi informasi sangat paham hal ini. Maka ini layak untuk dikawinkan dengan prakarsa 3. Agar tidak ada lagi istilah akuntan masa lalu, yakni akuntan masa kini yang masih bekerja dengan cara 10-20 tahun yang lalu.

Prakarsa 4: Aktif mengampanyekan profesi Akuntan sebagai agent of trust penjaga integritas laporan keuangan.

Kepercayaan orang terhadap profesi akuntan muncul dari kebanggaan pelaku profesinya. Ini layak dikampanyeka. Bisa dimulai dari bangku pendidikan, para calon akuntan-akuntan itu, ataupun profesi lain yang berhubungan. Maka goes to school, goes to campus, atau apapun istilahnya layak dijadikan alasan kawin.

Prakarsa 5: IAI Akan Bekerja Secara Aktif Bersama dengan Pemangku Kepentingan Lainnya untuk Mengukuhkan Integritas dan Etika Profesi dalam Praktik Keprofesian Akuntan di Indonesia.

Integritas dan etika profesi layak dibina secara dini. Maka perkawinan antara asosiasi profesi ini dan pendidikan vokasi akan menghasilkan latihan integritas dan pemahaman profesi yang sangat baik dari para calon akuntan muda.

Prakarsa 6: IAI akan Mewujudkan Perlindungan Hukum Profesi Akuntan, Pengguna Jasa Akuntan Profesional, serta Pengguna Laporan Keuangan.

Perkawinan IAI dengan pendidikan vokasi akan menjadi kontrol bahwa akuntan yang dihasilkan akan senantiasa menjaga mutu setiap pekerjaannya. Ini akan sangat meminimalisasi adanya pemahaman yang keliru dari standar akuntansi. Sehingga produk jasa akuntan akan lebih baik dan terjaga mutu dan kualitasnya.

Jadi kalau pada pendidikan vokasi ada kawin dengan industri, saya yakin kalau IAI itu ibarat gadis pujaan, rasanya akan sangat mungkin terjadi perkawinan itu, karena pada prinsip perkawinan harus menguntungkan kedua belah pihak, demikian juga perkawinan IAI dan pendidikan Vokasi.

Posted in Fenomena | Leave a comment

Kejahatan Si Kera”h” Putih

Saya pernah ditanya, ” Mana tingkatan kesalahan yang lebih fatal, si Polan A atau si Polan B?”. Saat itu saya menjawab tanpa ragu si Polan B. Alasannya? Simple saja, si Polan B termasuk kejahatan level Kerah Putih, alias White Collar Crime. Sedang si Polan A Masih tergolong kejahatan level Kerah Biru alias Blue Collar Crime. Itu saat saya Masih memegang amanah suatu waktu.

Hasil investigasi menunjukkan demikian. Polan A kalau istilah orang Medan “gak cantik main”. Sangat kasar. Dan cenderung pasti terbongkar. Karena Ada unsur pemalakan terhadap konsumen. Konsumen yang awalnya takut pun, kalau sudah terkumpul dengan sesama konsumen senasib, lama-lama juga berani membongkar. Itu mengapa disebut kejahatan Kerah Biru. Dilakukan orang yang kurang wewenangnya, dilakukan dengan cara kasar, hanya bermodal nafsu, berpikirnha sederhana: gimana nanti aja, tidak menggunakan skema sistem yang dikuasainya secara canggih/rumit. Jadinya gampang terbongkar. Hanya berbicara masalah waktu.

Lain halnya dengan si Polan B, hasil investigasi Tim pencari fakta, kesalahannya dilakukan secara sistematis Dan rapi. Melibatkan kewenangan yang dimilikinya. Termasuk kewenangan terhadap aset Dan budget perusahaan. Tidak Akan ketahuan jika sistem yang lain tidak dijalankan dengan baik. Itu mengapa disebut kejahatan Kerah Putih. Hanya bisa dilakukan orang-orang yang canggih, kelas atas, pejabat, pengelola anggaran, penguasa aset, bahkan sistem.

Itu mengapa kalau Ada pertanyaan lanjutan terkait punishment, Mana yang lebih berat, sudah jelas jawabannya, si Polan B. Karena risikonya juga tidak sesederhana kesalahan Polan A. Lebih parah, Karena lantaran pelakunya orang yang memiliki wewenang, bisa dikategorikan “penghianat aset”, “penghianat budget” atau lebih parah, “penghianat tujuan perusahaan”.

Istilah White / Blue Collar Crime sebenarnya sudah ramai diperbincangkan sejak era -30an. Namun rasanya Akan Masih relevan sampai kapanpun. Karena setiap pribadi yang membentuk institusi perusahaan itu memiliki erbagai latar belakang Dan tujuan. Mental berintegritas tidak bisa hanya diselesaikan dalam ruang rapat, arena oubond yang paling banter cuman seminggu itu, namun Harus terus dipupuk setiap Hari, setiap saat dalam praktikum Kerja sehari-hari. Terlebih contoh dari pimpinan Kerja atau pegawai senior yang panutan Akan sangat efektif. Jika setiap individu sudah selesai dengan dirinya masing-masing tentunya Akan minim dorongan atau ketertarikan untuk melakukan baik kejahatan Kerah Putih ataupun Kerah Biru.

Kenapa kerah? Bisa jadi waktu itu untuk pekerja kasar Kerah seragamnya berwarna biru, sedangkan level pejabat/ manajemen berwarna putih. Yang jelas menyebut Kerah jangan lupa huruf “h”nya. Kalau tidak, bakal tersebut kejahatan Kera Putih. Padahal Kera Putih sedang sibuk bersama guru Dan teman-teman seperguruannya mencari Kitab ke Barat.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Perasaan Efisiensi

Masih tentang efisiensi.

Tidak sedikit rupanya yang menjalankan praktik efisiensi Masih tercampur aduk dengan yang namanya perasaan. Padahal berbicara efisiensi itu ada rulednya, Ada catatannya, Ada prosedurnya, Dan yang paling afdhol, Ada pembandingnya.

Tentu semua dari Kita pernah menyaksikan Ada orang yang menganggap orang lain dalam menjalankan roda organisasi tidak efisien, namun ketika gilirannya berada diposisi yang sama dengan orang lain teesebut, juga melakukan Hal yang sama. Ini semua Karena menjalankan efisiensi penuh dengan perasaan tadi. Bukan berdasar rule tadi. Alias gak rule based.

Efisiensi secara sederhana dapat dibuktikan terjadi atau tidak, dilakukan atau tidak, berhasil atau tidak dengan membandingkannya terhadap anggaran yang telah disusun Dan disetujui. Ini yang disebut rule based. Anggaran tadi yang menjadi rule-nya. Bukan perasaan pelaksana atau pimpinan organisasi.

Bisa Kita pastikan, jika efisiensi hanya bermodal dengan perasaan pelaksana atau pimpinan. Tidak Ada ukuran atau parameter apakah yang telah dilakukannya efisien. Walhasil setiap perilaku inefisiensi tidak menjadi terasa. Alih-alih melakukan efisiensi, ternyata juga melakukan inefisiensi yang sama dengan posisi orang yang digantikannya. Cilakanya lagi, jika inefisiensi yang dilakukannya lebih parah dari para pendahulunya. Akan berputar-putar terus penyakit inefisiensi itu.

Lantas solusinya apa?

Yang pertama jadikan anggaran yang telah dikaji, Dan telah disetujui sebagai parameternya. Rujukan utama dalam mengenali efisien atau tidaknya suatu aktifitas ya anggaran itu.

Yang kedua, istiqomah, konsisten dalam menjalankan rencana. Jikapun Ada perubahan, tidak secara mayor mengubah arah inti program Kerja. Jangan pernah bersembunyi dengan kata fleksibel. Atau agile. Atau apapun namanya hanya untuk membawa perasaan bahwa perubahan ini Akan berakhir baik.

Yang ketiga, cek Dan ricek status kontribusi kegiatan yang telah direncanakan atau perubahannya. Apakah termasuk yang value added atau non value added. Jangan malah memperbanyak aktifitas secara jumlah, tapi tidak menambah secara kualitas. Alih-alih semua butuh PRoses, tapi kegiatannya tidak menambah nilai dari tujuan yang ingin dicapai organisasi dalam kurun periode itu.

Jadi jangan baper yah dalam memandang efisiensi. Jangan pakai perasaan efisiensi…

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Efisien Lupa Tujuan

Dua kata ini udah ditakdirkan berjodoh. Satu kata ditulis, pasti dibarengi dengan kata yang satunya lagi. Dua kata itu Efektif dan Efisien. Namun masih banyak juga yang tidak memahami makna dari masing-masing kata. Meski sangat berkaitan erat. Masing-masing memiliki makna dan tujuan.

Kali ini kita coba membahas khusus tentang efisien. Saya jadi teringat untuk membahas efisien, karena baru-baru ini ada seorang menteri yang benar-benar mencoba menerapkan kata efisien dalam kementeriannya. Langkah yang diambil sang menteri adalah memangkas banyak birokrasi dilevel atas, membentuk holding disemua strutur vertikal dalam kementerian. Hasilnya, akan banyak posisi jabatan dilevel atas yang hilang. Restrukturisasi besar-besaran di semua anak perusahaan holding. Hal yang sangat berpotensi menjadi kekacauan diawal adalah:

  1. Banyak pejabat sebelumnya yang kehilangan jabatan dilevel atas
  2. Banyak posisi jabatan di anak perusahaan akan terganggu dengan adanya pejabat sebelumnya pada poin 1 saat potensi mereka disebar diseluruh anak perusahaan.

Menjadi menarik, karena ini adalah hal wajar ketika perlawanan arus diawal perubahan haluan organisasi terjadi. Secara alamiah pasti ada pendukung dan penolak. Kita semua sudah paham, tipikal seperti apa yang mendukung, dan yang seperti apa juga yang menolak. Santai saja, secara alamiah juga akan reda. Tentunya dengan komunikasi bisnis yang baik.

Yang paling utama sebenarnya adalah tujuan efisiensi. Ini yang tidak boleh lupa. Dan harus menjadi GOAL, tujuan dari setiap treatment organisasi yang dipilih.

Saya mencatat setidaknya ada 3 tujuan efisiensi:

  1. Efisiensi mengamankan aset
  2. Efisiensi mengamankan data
  3. Efisiensi harus tetap menjaga efektifitas organisasi.

Tiga tujuan itu yang sering lupa. Tiga tujuan tersebut tidak berlogikan “OR”. Melainkan “AND”. Artinya tujuan dari efisien tidak boleh berdiri sendiri, atau hanya salah satu atau salah dua yang terpenuhi. Melainkan ketiga tersebut. Akan menjadi sia-sia jika aset aman, dengan kata lain penghematan besar dapat dilakukan perusahaan, namun data menjadi tidak aman, dan jalannya organisasi menjadi tidak efektif.

Contoh kecil, misalkan suatu perusahaan mengurangi biaya keamanan jaringan internet perusahaan. Penghematan besar terjadi pada biaya tagihan internet pada perusahaan. Namun karena keamanannya menurun, terjadi isu keamanan data perusahaan. Wal hasil semua karyawan bekerja menjadi tidak efektif. Semua disibukkan dengan data yang tidak dapat dijamin kebenarannya, sehingga keputusan bisnis yang diambil menjadi bias.

Jadi, kalau ingin menerapkan efisiensi, jangan lupa tujuannya yah…

Posted in Fenomena | Leave a comment

Pencurian Kinerja Emas Olimpiade

Saya baru sadar, ternyata pencurian kinerja tidak hanya terjadi didalam perusahaan, institusi ataupun suatu organisasi. Bahkan pencurian kinerja itu bisa terjadi diskala yang lebih luas, suatu negara, bahkan masuk sampai ke ranah politik.

Ini baru saja juga terjadi, baru-baru ini. Pasca Olimpiade Tokyo 2020, yang ditunda 2021 itu.

Saat pasangan atlet Bulutangkis Indonesia di cabang ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menyabet medali emas setelah di laga final mengalahkan ganda putri unggulan China, langsung banyak pihak yang mengucapkan ucapan selamat atas prestasi kedua atlet kebanggaan bangsa tersebut. Wajar. Lumrah

Menjadi tidak wajar, menjadi tidak lumrah. Ketika banyak yang tidak terlibat menuju kesuksesa torehan medali emas itu memberi ucapan selamat yang “berlebihan”. Cenderung menunjukkan dirinya sebagai pemberi ucapan ketimbang pasangan atlet yang menorehkan prestasi gemilang itu. Medali emas pertama pada cabang ganda putri bulutangkis.

Kenapa berlebihan?. Ada yang sampai membuat poster, baliho dengan ucapan selamat. Dengan gambar Polii dan Apriyani yang sangat kecil. Dibandingkan gambarnya sendiri dengan tulisan namanya sendiri yang gak kalah gedenya. Kesan mengaku-ngaku paling berjasa pun nampak. Mungkin ini juga yang dinamakan dengan pencurian kinerja.

Sontak saja, banyak juga muncul meme pembanding. Yang protes akan fenomena ini. Salah satunya yang paling mengena adalah meme yang menggambarkan betapa “aslinya” pihak-pihak yang terlibat dalam raihan medali emas itu. Mulai dari pelatih, official, sampai pendukung perlengkapan. Tapi digambarkan disisi lain, pihak yang tidak terlibat mengaku-ngaku paling berjasa. Lucu sekali, sangat kritis sekali meme itu.

Namun diantara itu, masih banyak juga yang memberikan apresiasi dengan baik dan nyata. Ikut memberi ucapan, namun dibarengi dengan apresiasi yang nyata. Misalkan dari salah satu produsen suatu produk, memberi ucapan selamat sekaligus memberikan jaminan produknya gratis seumur hidup untuk atlet dan keluarganya. Banyak juga perusahaan yang mengikuti jejaknya. Memberikan banyak apresiasi dalam bentuk produk dan fasilitas.

Asal jangan latah saja yah. Alih-alih memberi ucapan selamat, jangan sampai ada kampus yang juga ikutan eksis, walau maksa, akan memberikan biaya masuk dan kuliah gratis buat sang atlet.

Posted in Uncategorized | Leave a comment